Kalian merasa tidak kalau suhu malam hari pada beberapa waktu belakangan ini lebih dingin dari yang biasanya? Begitu warga Yogyakarta mengeluhkan suhu yang lebih dingin dari biasanya belakangan ini di media sosial. Apa sebenarnya yang terjadi?
Data Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengonfirmasi keluhan tersebut, Dan suhu pagi hari di Yogyakarta belakangan ini telah mencapai 18 derajat Celsius. Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Mulyono Rahadi Prabowo, mengungkapkan kalau, hal seperti ini sebenarnya normal terjadi pada musim kemarau.
Beliau mengungkapkan, di saat musim kemarau, cuaca yang cerah pada siang hari menyebabkan potensi terjadinya hujan menjadi minim.Tidak hanya itu, secara global, wilayah dari Yogyakarta dan sekitarnya juga dipengaruhi oleh kedatangan angin dari Negara Australia yang cukup dominan masuk ke Indonesia. Angin yang datang ini tidak membawa uap air. Maka, potensi pertumbuhan awan pemicu hujan semakin kecil.
Konsekuensi dari kondisi ini adalah perbedaan suhu siang dan malam yang lebih besar dari pada biasanya. Disaat siang hari yang cerah, bumi akan menerima sebuah radiasi panas matahari lebih banyak. Maka, suhu terasa lebih tinggi. Masyarakat akan merasa gerah. Begitu sebaliknya, karena tak ada awan, bumi akan lebih cepat melepaskan panas yang diterima ke atmosfer saat malam hari.
“ Sama halnya ketika gerah. Kita biasanya suka melepas baju, pada saat itu suhu badan kita lepas ke udara. Suhu badan kita menjadi turun. Itu contoh sederhananya, ” ungkap Mulyono.
Mulyono juga menuturkan, hal serupa juga terjadi di daerah perkebunan kentang di tinggi Dieng, Jawa Tengah. Disaat musim kemarau, pada pagi hari sering terjadi embun es yang membeku. Kentang akan menjadi layu karena air di dalam sel tanaman menjadi beku. Disaat siang hari, embun tersebut mencair. Sayangnya, hal itu membuat kentang menjadi busuk sehingga memicu gagal panen.
Beliau mengungkapkan, di saat musim kemarau, cuaca yang cerah pada siang hari menyebabkan potensi terjadinya hujan menjadi minim.Tidak hanya itu, secara global, wilayah dari Yogyakarta dan sekitarnya juga dipengaruhi oleh kedatangan angin dari Negara Australia yang cukup dominan masuk ke Indonesia. Angin yang datang ini tidak membawa uap air. Maka, potensi pertumbuhan awan pemicu hujan semakin kecil.
Konsekuensi dari kondisi ini adalah perbedaan suhu siang dan malam yang lebih besar dari pada biasanya. Disaat siang hari yang cerah, bumi akan menerima sebuah radiasi panas matahari lebih banyak. Maka, suhu terasa lebih tinggi. Masyarakat akan merasa gerah. Begitu sebaliknya, karena tak ada awan, bumi akan lebih cepat melepaskan panas yang diterima ke atmosfer saat malam hari.
“ Sama halnya ketika gerah. Kita biasanya suka melepas baju, pada saat itu suhu badan kita lepas ke udara. Suhu badan kita menjadi turun. Itu contoh sederhananya, ” ungkap Mulyono.
Mulyono juga menuturkan, hal serupa juga terjadi di daerah perkebunan kentang di tinggi Dieng, Jawa Tengah. Disaat musim kemarau, pada pagi hari sering terjadi embun es yang membeku. Kentang akan menjadi layu karena air di dalam sel tanaman menjadi beku. Disaat siang hari, embun tersebut mencair. Sayangnya, hal itu membuat kentang menjadi busuk sehingga memicu gagal panen.
Mulyono, " Perbedaan suhu seperti yang terjadi di Yogyakarta dan Dieng juga dialami daerah lain ".
Dengan adanya angin dominan dari Negara Australia ini, maka perbedaan suhu siang dan malam lebih besar juga terjadi di Jawa bagian timur, Nusa Tenggara Bara, dan Nusa Tenggara Timur. Terlebih lagi, Jawa bagian timur juga memiliki gunung Bromo dan gunung Tengger. Di daerah tersebut, suhu pada pagi hari bisa mencapai 10 derajat celcius.
“ Daerah dengan tinggi akan memungkinan bisa dibawah 18 derajat celcius, bisa 10 derajat celcius, ” kata Mulyono.
Dengan adanya angin dominan dari Negara Australia ini, maka perbedaan suhu siang dan malam lebih besar juga terjadi di Jawa bagian timur, Nusa Tenggara Bara, dan Nusa Tenggara Timur. Terlebih lagi, Jawa bagian timur juga memiliki gunung Bromo dan gunung Tengger. Di daerah tersebut, suhu pada pagi hari bisa mencapai 10 derajat celcius.
“ Daerah dengan tinggi akan memungkinan bisa dibawah 18 derajat celcius, bisa 10 derajat celcius, ” kata Mulyono.
No comments:
Post a Comment