BeritaHCI - Seorang Hacker yang berasal dari Korea Utara telah dilaporkan mencuri banyak dokumen berjenis militer dari Negara Korea Selatan, dan juga termasuk dalam sebuah rencana untuk membunuh pemimpin Korea Utara yaitu Kim Jong-un.
Rhee Cheol-hee, yang merupakan anggota parlemen dari Korea Selatan, adalah orang yang mengungkapkan adanya sebuah temuan itu. Ia juga mengatakan terkait dengan informasi pencurian data rahasia oleh seorang hacker Korea Utara berasal dari Kementerian Pertahanan Korsel.
Rhee Cheol-hee, yang merupakan anggota parlemen dari Korea Selatan, adalah orang yang mengungkapkan adanya sebuah temuan itu. Ia juga mengatakan terkait dengan informasi pencurian data rahasia oleh seorang hacker Korea Utara berasal dari Kementerian Pertahanan Korsel.
Dokumen rahasia tersebut yang telah mencakup rencana kontinjensi perang yang disusun oleh AS dan juga Korea Selatan. Yang kami kutip langsung dari BBC pada Rabu (11/10/2017).
Dokumen yang dicuri itu termasuk laporan rahasia komandan senior sekutu. Kementerian dari Pertahanan Korea Selatan sejauh ini menolak untuk berkomentar mengenai tuduhan tersebut.
Rencana pasukan khusus di Korea Selatan telah dilaporkan diakses secara ilegal, bersamaan dengan yang namanya informasi mengenai pembangkit listrik dan juga fasilitas militer yang signifikan di Korea Selatan.
Dokumen yang dicuri itu termasuk laporan rahasia komandan senior sekutu. Kementerian dari Pertahanan Korea Selatan sejauh ini menolak untuk berkomentar mengenai tuduhan tersebut.
Rencana pasukan khusus di Korea Selatan telah dilaporkan diakses secara ilegal, bersamaan dengan yang namanya informasi mengenai pembangkit listrik dan juga fasilitas militer yang signifikan di Korea Selatan.
Rhee merupakan salah satu dari anggota parlemen dari partai berkuasa Korea Selatan, dan duduk di komite pertahanan parlemen. Dia juga mengatakan, ada sekitar 235 gigabyte dokumen militer yang ternyata telah dicuri dari Pusat Data Terpadu dari Pertahanan Nasional.
Menurut Ree, peretasan terjadi pada bulan September tahun lalu.
Kabar pencurian data oleh hacker bukan hal baru bagi bagi Korea Selatan. Pada Mei yang lalu, Seoul mengatakan ada sejumlah besar data telah dicuri dan menuding Korea Utara adalah dalang di balik serangan cyber yang dilakukan tersebut. Meski demikian, Korsel tidak memberikan rincian tentang apa yang telah dilakukan musuh bebuyutannya itu.
Korea Utara menolak tuduhan hal tersebut. Kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan, Seoul telah mengalami yang namanya serangan cyber Korea Utara dalam beberapa tahun terakhir. Ada banyak situs dan fasilitas pemerintah diretas oleh Korea Utara.
Negara yang terisolasi diyakini memiliki hacker terlatih khusus yang berbasis di luar negeri, termasuk yang ada di China.
Korea Utara telah menuduh Korea Selatan mengada-ada akan hal tersebut dan klaim tersebut.
Dengan tuduhan Korea Selatan bahwa Korea Utara telah mencuri rahasia negara, justru makin memperkeruh ketegangan di Semenanjung Korea. Juga tidak menyelesaikan masalah yang terjadi antara AS dan Korea Utara yang belakangan kerap melontarkan perang retorika.
Kedua negara tersebut telah berselisih secara verbal mengenai kegiatan nuklir Korea Utara, AS mendesak Korea Utara untuk menghentikan uji coba rudal, namun Pyongyang bergeming.
Korea Utara baru-baru ini telah mengklaim berhasil menguji miniatur bom hidrogen miniatur yang bisa dibawa oleh rudal jarak jauh mereka.
Dalam sebuah pidato di PBB pada September yang lalu, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menghancurkan Korea Utara jika terus mengancam AS atau sekutu-sekutunya, dan juga mengatakan bahwa pemimpinnya "sedang dalam misi bunuh diri".
Kim Jon-un bereaksi terhadap komentar Trump. Kim menanggapi Trump dengan sebuah pernyataan langka, "Saya berjanji untuk menjinakkan orang tua sakit mental dengan api".
Belum selesai sampai di situ, Trump kembali berkomentar. Suami Melania itu yang mana memperingatkan, "Hanya satu hal yang akan berhasil dalam menangani Korea Utara, setelah bertahun-tahun perundingan terbukti tidak membuahkan hasil."
Menurut Ree, peretasan terjadi pada bulan September tahun lalu.
Kabar pencurian data oleh hacker bukan hal baru bagi bagi Korea Selatan. Pada Mei yang lalu, Seoul mengatakan ada sejumlah besar data telah dicuri dan menuding Korea Utara adalah dalang di balik serangan cyber yang dilakukan tersebut. Meski demikian, Korsel tidak memberikan rincian tentang apa yang telah dilakukan musuh bebuyutannya itu.
Korea Utara menolak tuduhan hal tersebut. Kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan, Seoul telah mengalami yang namanya serangan cyber Korea Utara dalam beberapa tahun terakhir. Ada banyak situs dan fasilitas pemerintah diretas oleh Korea Utara.
Negara yang terisolasi diyakini memiliki hacker terlatih khusus yang berbasis di luar negeri, termasuk yang ada di China.
Korea Utara telah menuduh Korea Selatan mengada-ada akan hal tersebut dan klaim tersebut.
Dengan tuduhan Korea Selatan bahwa Korea Utara telah mencuri rahasia negara, justru makin memperkeruh ketegangan di Semenanjung Korea. Juga tidak menyelesaikan masalah yang terjadi antara AS dan Korea Utara yang belakangan kerap melontarkan perang retorika.
Kedua negara tersebut telah berselisih secara verbal mengenai kegiatan nuklir Korea Utara, AS mendesak Korea Utara untuk menghentikan uji coba rudal, namun Pyongyang bergeming.
Korea Utara baru-baru ini telah mengklaim berhasil menguji miniatur bom hidrogen miniatur yang bisa dibawa oleh rudal jarak jauh mereka.
Dalam sebuah pidato di PBB pada September yang lalu, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menghancurkan Korea Utara jika terus mengancam AS atau sekutu-sekutunya, dan juga mengatakan bahwa pemimpinnya "sedang dalam misi bunuh diri".
Kim Jon-un bereaksi terhadap komentar Trump. Kim menanggapi Trump dengan sebuah pernyataan langka, "Saya berjanji untuk menjinakkan orang tua sakit mental dengan api".
Belum selesai sampai di situ, Trump kembali berkomentar. Suami Melania itu yang mana memperingatkan, "Hanya satu hal yang akan berhasil dalam menangani Korea Utara, setelah bertahun-tahun perundingan terbukti tidak membuahkan hasil."
Akan Tetapi, Trump tidak menjelaskan lebih jauh apa maksud pernyataannya, sehingga membuat banyak pihak berasumsi AS akan tetap mengambil jalur militer untuk langsung menaklukkan Korea Utara.
No comments:
Post a Comment