Breaking

Friday, October 6, 2017

Inilah Kriteria yang Akan Menjadi Calon Pendamping Jokowi pada Pilpers 2019

BeritaHCI - Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yaitu Djayadi Hanan mengungkapkan kalau kriteria tentang seorang sosok yang ideal nantinya untuk mendampingi Presiden Bapak Joko Widodo sebagaimana pada calon wakil presiden di Pilpres yang akan datang yaitu tahun 2019.

Seperti apa sosok yang ideal, nantinya yang akan menjadi pendamping Jokowi pada pilpres 2019 mendatang ?
"Yang ideal mungkin orang luar Jawa. Karena dia (Jokowi) kan orang Jawa. Misalnya dari kalangan yang di-respect (dihormati) dari kalangan Islam," ujar Djayadi di kantornya, yang kami kutip dati Kompas, pada Kamis (5/10/2017).

Mungkin untuk lebih detailnya, Dari Djayadi juga menyebut sosok tersebut idealnya yang masih mirip dengan pasangan Jokowi pada saat ini, yakni Bapak Jusuf Kalla. Bahkan, menurutnya, bisa juga dari kalangan militer. "Mirip Pak JK dan mungkin dari kalangan militer bisa juga. Karena Jokowi dianggap tidak kuat di situ. Jadi bisa saja kalau menggandeng calon dari itu," sebutnya.

Djayadi juga sudah menuturkan, persepsi terkait dengan publik yang masih menganggap kalau sosok pemimpin yang kuat itu adalah yang berasal dari kalangan militer. Sedangkan Jokowi bukan termasuk di dalam kalangan militer.

"Jokowi kan dianggap oleh banyak orang pemimpin yang tidak begitu kuat. Pemimpin yang kuat dan tegas biasanya dianggap berasal dari kalangan militer," Tambah.

Lalu bagaimana jika Jokowi dipasangkan langsung dengan Panglima TNI yaitu Jenderal Gatot Nurmantyo?
 
Djayadi, menuturkan kalau hal tersebut bagus saja. Alasannya, bisa jadi duet Jokowi-Gatot akan bisa memecah suara dari Bapak Prabowo Subianto. Akan tetapi, itu pun jika Ketua Umum dari Partai Gerindra tersebut juga maju didalam Pilpres 2019 yang akan datang.

"Ada kemungkinan (Jokowi-Gatot) menggerus suara Prabowo. Meski kita belum tahu seberapa banyak atau paling tidak orang yang belum memilih bisa ditarik dengan Gatot kalau dia berpasangan dengan Jokowi," ujar Djayadi.

Survei yang telah dilakukan oleh SMRC terkait dengan kecenderungan dukungan politik setelah tiga tahun Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin. Survei tersebut telah digelar pada 3-10 September 2017.

Responden survei ialah seluruh warga negara Indonesia (WNI) yang punya dalam hak pilih dalam pemilihan umum, yaitu mereka yang sudah memiliki umur 17 tahun ke atas, atau sudah dapat dikatakan menikah ketika survei ini dilakukan.

Dari populasi itu dipilih secara acak atau multistage secara random sampling dari sekitar 1.220 responden. Response rate atau responden yang dapat diwawancarai secara valid sebesar 1.057 atau 87 persen.

Jadi, Margin of error rata-rata dari survei ialah dengan ukuran sampel tersebut sebesar ± 3,1 persen pada tingkat kepercayaannya mencapai 95 persen dengan asumsi simple random sampling. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara telah dilatih.

Quality control terhadap hasil dari wawancara yang dilakukan secara acak sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden yang terpilih atau secara spot check.

Berikut ini hasil survei yang dilakukan SMRC, mengenai siapa yang akan nantinya dipilih sebagai Presiden jika Pilpres digelar sekarang:
  • Jokowi 38,9 persen.
  • Prabowo 12,0 persen.
  • Susilo Bambang Yudhoyono 1,6 persen 
  • Anies Baswedan 0,9 persen.
  • Basuki Tjahaja Purnama 0,8 persen.
  • Jusuf Kalla 0,8 persen 
  • Hary Tanoe 0,6 persen.
  • Surya Paloh 0,3 persen. 
  • Agus Yudhoyono 0,3 persen.
  • Ridwan Kamil 0,3 persen.
  • Gatot Nurmantyo 0,3 persen.
  • Mahfud MD 0,3 persen.
  • Tuan Guru Bajang 0,2 persen. 
  • Chairul Tanjung 0,2 persen. 
  • Sri Mulyani 0,1 persen.
  • Patrialis Akbar 0,1 persen.
  • Megawati Soekarnoputri 0,1 persen 
  • Soekarno 0,1 persen.
  • Tommy Soeharto 0,1 persen.
  • Gus Dur 0,1 persen.
  • Wiranto 0,1 persen.
  • Risma 0,1 persen. 
  • Tidak jawab/rahasia 41,9 persen.

No comments:

Post a Comment